Sunday, 1 March 2015

SEJARAH DAKWAH KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB



SEJARAH DAKWAH
KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB
Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Sejarah Dakwah
Dosen Pengampu : Agus Riyadi., S.Sos.I., M.Si

http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg
Disusun Oleh :
1.      Ade Sucipto                     (131111085)
2.      Nurul Atikah                   (131111084)
3.      Nikmatur Rasidah          (131111086)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
SEJARAH DAKWAH KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB

I.                   PENDAHULUAN
Dalam peranya sebagai nabi terakhir dan sang revolution akbar Nabi Muhammad SAW, beliau hanya memiliki ahli waris seseorang putri yang bernama fathimah istri Ali Bin Abi Thalib maka dari itu beliau harus segera menentkan siapa pengganti beliau saat beliau wafat nanti. Kemudian disaat beliau wafat masalah kepemimpinan pada saat itu adalah masalah yang palin pertama dan utama bagi kaum muslimin atau umat islam di seluruh penjuru dunia. Setelah Nabi wafat pun tak bisa dihindari bahwasanya terjadi banyak pepecahan antara kaum muhajirin dan kaum anshar sehubungan dengan banyaknya pepecahan pada akhirnya kedua belah pihak kelompok tersebut bersepakat.
Ciri khas Khulafaur Rasyidin adalah teladan kehidupan Nabi yang masih berpengaruh pada sikap dan perilaku muslim. Dalam menghadapi kesulitan Negara, khalifah tidak pernah bertindak sendiri selalu mengutamakan musyawarah (demokratis). Mereka di pilih secara musyawarah. Mereka tinggal dimadinah, dan juga menjadi pusat pemerintahan mereka kecuali Ali Bin Abi Thalib  yang memilih kuffah di Iraq sebagai ibukota pemerintahan. Maka dari itu kami akan sedikit menjelaskan dakwahnya Ali Bin Abi Thalib.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Biografi Ali bin abi Thalib?
B.     Bagaimana Pembaiatan Ali Bin Abi Thalib?
C.     Bagaimana Strategi Dakwah Ali?
D.    Bagaimana Perkembangan Dakwah Ali Bin Abi Thalib?
E.     Bagaimana Wafatnya Ali Bin Abi Thalib?


III.             PEMBASAN MASALAH
A.    Biografi Ali bin Abi Thalib
Khalifah ke empat adalah Ali bin Abi Thalib putra dari Abi Thaib bin Abdul Muthalib. Ali adalah keponakan dan menantu nabi Muhammad SAW. Ia telah masuk islam pada usia sangat yaitu  Ali berumur 10 Tahun.  Ia Adalah Pahlawan yang sangat gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasehat hukum dan pemegang teguh  tradisi, seorang sahabat  sahabat sejati.[1]

Ø  Karakteristik Fisik Ali Bin Abu Thalib
Ali Bin Abi Thalib memiliki kulit bersawo matang, bola mata beliau besar dan berwarna kemerah-merahan, berperut besar dan berkepala botak. Berperawakan pendek dan berjenggot lebat. Dad dan kedua pundak beliau padat dan putih, beliau memiliki bulu dada dan bahu lebat, berwajah tampan dan memiliki gigi yang bagus, ringan langkah jika berjalan.[2]

Ø  Kepribadian Ali Bin Abu Thalib
Bani Hasyim sangat menjunjung tinggi etika ksatria, termasuk Ali.  Fitrah tersebut kemudian berfungsi untuk menjaga kehormatan diri yang mencegahnya untuk membuat hal-hal yang memalukan. Dalam melawan musuhnya, Ali tidak membunuhnya secara langsung, walaupun ada kesempatan di tangannya. Karena beliau ingin mengalahkan musuhnya secara terhormat. Ia juga tetap membiarkan musuh-musuhnya menikmati air yang jelas-jelas air tersebut telah menjadi daerah kekuasaannya. Selain itu, Ali memperkokoh sifat kesatriannya dengan mempelajari agama.

Ø  Keislaman Ali Bin Abu Thalib
Ali dilahirkan di Ka’bah. Allah Swt, memuliakannya dan menjauhkannya dari penyembahan berhala. Beliau dilahirkan benar-benar sebagai seorang muslim. Beliau dididik di dalam rumah islamiyah dengan mengikuti ibadah shalat Nabi Saw. Hubungannya dengan Nabi Saw, selain sebagai ikatan kekeluargaan yang sangat dekat tetapi juga ikatan keislaman yang berideologi Tauhid. Berbagai pendapat mengemuka mengenai umur saat Ali  masuk Islam. Namun pendapat paling banyak adalah ketika beliau berumur 10 tahun. Faktor penyebab Ali memilih Islam adalah bukan karena ikatan kekeluargaan terhadap Nabi Saw. melainkan faktor kebaikan budi dan kasih sayang Nabi Saw terhadapnya.

B.     Pembaitan Ali Bin Abi Thalib
Setelah peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan, kota Madinah di landa keregangan dan kericuhan. Walikota Madinah, al-Ghafiqi ibn Harb, mencari-cari orang yang pantas untuk di baiat sebagai khalifah. Penduduk mesir meminta Ali untuk memangku kekhalifahan namun Ali enggan dan menghindar. Para penduduk khuffah mencari Zubair ibn al-Awwam, namun merekat tak menemukanya. Para penduduk Bashrah meminta Thalhah untuk menjadi khalifah namun ia tidak memenuhi permintaan mereka.
Akhirnya mereka menetapkan bahwa yang paling bertangung jawab adalah penduduk Madinah. Kami akan memberi kalian waktu dua hari, jika selama waktu tersebut kalian tidak menghasilkan keputusan, demi Allah, kami akan membunuh Ali, Zubair dan Thalhah, dan banyak orang lainya.
Maka orang-orang madinah mendatangi Ali dan berkata “Kami membaiatmu, karena kau telah menyaksikan rahmat yang di turunkan oleh Allah bersama islam dan karena saat ini kita menghadapi ujian yang sangat berat berupa konflik antara berbagai kota”
Ali menjawab, “Tinggalkanlah aku, carilah orang lain  yang lebih baik dari aku, karena aku akan menghadapi perkara yang sangat rumit. Namun mereka tetap bersikukuh membaiat Ali bin Abi Thalib. Tindakan mereka di dukung oleh kaum Muhajirin dan Anshar, serta kelompok-kelompok yang lainya. Akhirya Ali di baiat secara beramai-ramai pada hari jum’at 24 Juni 656 M/5 Zulhijjah 35 H di Masjid Nabawi Madinah, Untuk menjadi pengganti Ustman bin Affan sebagai khalifah ke-4.[3]

C.     Strategi Dakwah Ali Bin Abi Thalib
a.       Politik Ali Bin Abi Thalib dalam memerintah.
Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Umat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :

1.      Memecat Kepala-kepala Daerah Angkatan Usman.
Menurut pengamatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, para gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan. Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mencopot mereka. Adapun para gubernur yang diangkat Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sebagai pengganti gubernur lama yaitu; Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syria, Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syriah, Usman Ibnu Affan sebagai gubernur Basrah, Umrah Ibnu Syihab sebagai gubernur kuffah, Qais Ibnu Sa'ad sebagai gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai gubernur Yaman.

2.      Menarik Kembali Tanah Milik Negara
Pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan banyak para kerabatnya yang diberikan fasilitas dalam berbagai bidang, sehingga banyak diantara mereka yang kemudian merongrong pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan dan harta kekayaan negara. Oleh karena itu, setelah Ali Bin Abi Thalib sah menjadi khalifah, Ali mengambil tanah-tanah yang di bagi-bagikan Usman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian ustman kepada siapapun yang tiada beralasan, di ambil Ali kembali.[4]
3.      Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
Setelah Mengganti pejabat Negara yang kurang Cakap, kemudian Ali Bin Abi Thalib menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian di simpan di Baitul Mal dan di gunakan untuk kesejahteraan rakyat.

b.      Tuntutan Terhadap Khalifah Ali
Setelah selesai pembaiatan Ali, Thalhah, az-Zubair dan beberapa pemuka Sahabat. Guna menuntut, pertama, Ali harus memulihkan ketertiban di dalam Negeri. kedua, penegakan hukum dan menegakan qishash atas kematian Ustman.
Khalifah Ali sebenarnya ingin menghindari pertikaian ini dengan mengajukan kompromi terhadap Thalhah dan Kawan-kawan. Tetapi upaya itu sulit dicapai. Dengan demikian, kontak senjata tidak dapat di hindarkan. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisya istri Rasul di kembalikan ke Madinah dengan hormat. Perang ini di sebut Perang Jamal yang terjadi pada 36 H. Di namakan perang jamal karena Aisyah menaiki unta dalam perang tersebut.
Setelah selesai perang jamal, pusat kekuasaan islam dipindah ke kota kuffah, sejak saat itu berakhirlah Madinah sebagai ibu kota kedaulatan islam dan tidak ada lagi seorang khalifah yang berdiam di sana. Saat itu Ali adalah pemimpin dari seluruh wilayah islam kecuali syiria. [5]
Dengan dikuasainya Syiria oleh muawiyah, yang secara terbuka menentang Ali dan menolah meletakan jabatan Gubernur, memaksa khalifah bertindak. Pertempuran secara muslim terjadi lagi, yaitu antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah di kota Shiffin dekat sungai Eufrat pada tahun 37 H. Khalifah Ali mengerahkan pasukan 50.000 untuk menghadapi psukan muawiyah. Sebenarnya pihak  Muawiyah telah terdesak dan 7000 pasukan terbunuh. Pihak muawiyah lalu mengangkat al-Qur’an sebagai tanda Tahkim (Arbitase).
Dalam Tahkim, Khalifah di wakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari, sdangkan muawiyah di wakili oleh Amr bin Al-Ash yang terkenal cerdik.  Dalam Tahkim tersebut Khalifah dan Muawiyah harus meletakan jabatan, pemilihan baru harus di lakasanakan. Abu Musa pertama kali menurunkan Ali sebagai khalifah. Akan tetapi Amr bin Al-Ash berlaku sebaliknya, ia tidak menurunkan muawiyah, tetapi justru mengangkat Muawiyah sebagai Khalifah, karena Ali bin Abi Thalib sudah di turunkan oleh Abu Musa. Hal ini menyebabkan lahirnya Golongan Khawarij (keluar dari barisan Ali).[6]
Kelompok khawarij yang bermarkas di Nahawand benar-benar merepotkan khalifah. Hal ini memberikan kesempatan kepada Muawiyah untuk memperluas kekuasaan dengan merebut Mesir. Akibtanya sungguh sangat fatal bagi Ali bin Abi Thalib, tentaranya semakin lemah, sementara pihak muawiyah semakin kuat. Keberhasilan Muawiyah mengambil provinsi mesir, berarti merampas sumber kemakmuran pihak Ali. Karena kekuatan telah banyak menurun, terpaksa khalifah Ali menyetujui damai dengan muawiyah, yang secara politisi berarti khalifah mengakui keabsahan kepemilikan muawiyah atas Siria dan Mesir.

D.    Prestasi Khalifah Ali Bin Abi Thalib
1.      Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

2.       Perkembangan di Bidang Pembangunan
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuan politis untuk dijadikan sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dari berbagai rongrongan para pembangkang, misalnya Muawiyah Ibnu Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya. 
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiyah Ibnu Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan Khalifah

E.     Wafatnya Ali Bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib menyadari bahwa saat-saat yang di wartakan oleh Rasulullah SAW, telah semakin dekat. Terbayang kembali di pelupuk matanya wajah sang kekasih fatimah sang bunga, juga ayah mertuanya yang mulia Muhammad SAW. Ali sangat menyakini bahwa ia akan terbunuh karena Nabi SAW, telah mengabarkan hal itu kepadanya. Benarlah sabda Rasul yang jauh hari telah mengabarkan kematian Ali, “ketika kaum khawarij di serang dan di binasakan di Nahrawan, mereka bersepakat membunuh Ali, Muawiyah, dan amr ibn al-Ash”.
Beberapa sejarah menyebutkan bahwa tiga orang khawarij yaitu Abdurrahman ibn Amr, al-Burk ibn Abdullah al-Tamimi dan Amr Bakr al-Tamimi.  Mereka dendam kepada yang membunuh sauda-saudara mereka.
Salah seorang dari mereka berkata, “apakah yang akan kita lakukan untuk membalas kematian mereka?”, alangkah baiknya kita untuk mendatangi dan para penguasa itu.
            Akhirnya muncul kesepakatan, Abdurrahman ibn Amr membunuh Ali, al-Burk membunuh Muawiyah, Amr ibn Bakr membunuh Amr ibn al-Ash. Mereka berjanji tidak seorang pun yang boleh pulang ke rumah hingga sasaranya terbunuh. Mereka sepakat melaksanakan rencana tersebut pada tanggal 17 Ramadhan.
Tanggal 17 Ramadhan pun telah tiba. Tak terlintas sedikitpun di pikran Ali, bahwa hari yang di nantinya telah tiba.  Seperti biasanya Ali bangung pagi untuk membangunkan orang shalat subuh. Namun, Ali belum jalan jauh dari Rumahnya, ibn muljam menebaskan pedangnya hingga ia jatuh dan ke tengkuk Ali. Sehingga darah mengalir membasahi jenggotnya. Akhirnya tanggal 21 Ramadhan 40 H, Malaikat Maut menjemput Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Ia menjadi khalifah 4 Tahun 9 bulan dan 6 Hari. [7]

IV.             KESIMPULAN
Khalifah ke empat adalah Ali bin Abi Thalib putra dari Abi Thaib bin Abdul Muthalib. Ali adalah keponakan dan menantu nabi Muhammad SAW. Ia Adalah Pahlawan yang sangat gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasehat hukum dan pemegang teguh  tradisi, seorang sahabat  sahabat sejati.
Ali di baiat secara beramai-ramai pada hari jum’at 24 Juni 656 M/5 Zulhijjah 35 H di Masjid Nabawi Madinah, Untuk menjadi pengganti Ustman bin Affan sebagai khalifah ke-4.
Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mendapat persoalan yang sangat rumit, meskipun ia mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Ali tetap mempunyai tujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :
1.      Memecat Kepala-kepala Daerah Angkatan Usman.
2.      Menarik Kembali Tanah Milik Negara
3.      Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
Setelah selesai pembaiatan Ali, Thalhah, az-Zubair dan beberapa pemuka Sahabat. Guna menuntut, pertama, Ali harus memulihkan ketertiban di dalam Negeri. kedua, penegakan hukum dan menegakan qishash atas kematian Ustman. Tetapi Ali tidak menghiraukan tuntutan mereka, maka terjadilah perang Jamal. Di namakan perang jamal karena Aisyah menaiki unta dalam perang tersebut.
Dengan dikuasainya Syiria oleh muawiyah, yang secara terbuka menentang Ali dan menolah meletakan jabatan Gubernur, memaksa khalifah bertindak. Pertempuran secara muslim terjadi lagi, yaitu antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah di kota Shiffin, perang ini di kenal dengan Perang Siffin.Disamping Ali mengurusi masalah yang begitu rumit. Ali Pun bisa menorehkan prestasi, di antaranya: Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa, dan perkembangan dalam pembangunan.
Tanggal 17 Ramadhan Ali di hadang dan di tebas dengan pedang, Sehingga darah mengalir membasahi jenggotnya. Akhirnya tanggal 21 Ramadhan 40 H, Malaikat Maut menjemput Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Ia menjadi khalifah 4 Tahun 9 bulan dan 6 Hari.

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang bisa kami sampaikan. Sekiranya isi dalam makalah ini dapat memberika pemahaman dalam khazanah intelektual kita.Mohon ma’af apabila ada kesalahan penyampaian dalam makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin












DAFTAR PUSTAKA

Mahmudunanasir, Syed, Islam, Konsepsi dan sejarahnya
Mufrodi, Ali, Islam di kawasan Kebudayaan Arab
Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Amzah, 201u.
Murad, Musthafa, Kisah Hidup Ali ibn Abu Thalib, Jakarta, Zaman, 2012.
Katsir, Ibnu,  Al-Bidayah Wan Nihayah, Jakarta, Darul Haq, 2005.
Syalabi, Sejaran dan Kebudayaan Islam, Jaka`rta, Pustaka Alhusna, 1983.
































Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang

 











Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang









Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang

 



























































Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang



Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang
Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang


Rounded Rectangle: PERPUSTAKAAN
ADE SUCIPTO
PONPES AL-MA’RUFIYAH
Jln Beringin Timur Tambak Aji Ngaliyan Semarang

 










[1] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Amzah, 201u, Hal 109
[2] Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah, Jakarta, Darul Haq, 2005, Hal 416
[3] Musthafa Murad, Kisah Hidup Ali ibn Abu Thalib, Jakarta, Zaman, 2012, Hal 83-86
[4] Syalabi, Sejaran dan Kebudayaan Islam, Jaka`rta, Pustaka Alhusna, 1983, Hal 284
[5] Syed Mahmudunanasir, Islam, Konsepsi dan sejarahnya.
[6] Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab.
[7]Ibid,  Musthafa Murad, Hal 238-249

No comments:

Post a Comment