Sunday 1 March 2015

LANSIA BAHASA INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Menjadi tua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia. Makin panjang usia seseorang, sejalan dengan pertambahan usia tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis. Secara fisik orang lanjut usia yang selanjutnya disebut lansia, mengalami kemunduran fungsi alat tubuh atau disebut juga dengan proses degeneratif. Orang lansia akan terlihat dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan mata, tidak dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah, rambut menipis dan memutih, mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang. Secara psikologis orang lansia menjadi mudah lupa, serta berkurangnya kegiatan dan interaksi (baik dengan anak-anak, saudara atau teman), mengalami rasa kesepian, kebosanan dan sebagainya.
Sebagai seorang lansia,tidak jarang yang mengalami kesulitan dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam makalah ini, kita akan mendapati bagaimana seorang lansia menggunakan bahasa Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang membuat lansia sulit menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian lansia?
2.      Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dalam kalangan lansia?
3.      Apa faktor yang membuat lansia sulit menggunakan bahasa Indonesia?

C.    Manfaat Penelitian

1.      Agar dapat mengetahui pengertian lansia.
2.      Agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3.      Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang membuat sulit menggunakan bahasa Indonesia.
4.      Menambah pengetahuan dan wawasan.



D.    Landasan Teori

a.       Bahasa Baku

Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan, merupakan pokok yang sudah banyak ditelaah orang. Sejarah umum perkembangan bahasa menunjukkan bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu juga dipakai oleh kaum yang berpendidikan dan yang kemudian dapat menjadi pemuka di berbagai bidang kehidupan yang penting. Pejabat pemerintah, hakim, pengacara, pewirasastrawan, pemimpin perusahaan, wartawan, guru, generasi demi generasi terlatih dalam ragam sekolah itu. Ragam itulah yang dijadikan tolak bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Fungsinya sebagai tolak yang menghasilkan nama bahasa baku atau bahasa standar baginya.[1]
Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah atau aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Ragam baku yang baru dalam penulisan laporan, karangan ilmiah, undangan, percakapan telepon, perlu dikembangkan lebih lanjut. Cirri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendikiaannya. Perwujudan dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. Proses pencendikiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga bahasa yang baku.[2]
Bahasa baku mendukung empat fungsi. Tiga di antaranya bersifat pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif. Masing-masing diberi nama (1) fungsi pemersatu (2) fungsi pemberi kekhasan (3) fungsi pembawa kewibawaan (4) fungsi sebagai kerangka acuan.[3]

b.      Bahasa yang Baik dan Benar
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku Contoh :
  • Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?
  • Apa yang kamu lakukan tadi?
  • Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
    • Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
    • Rino : sudah saya kerjakan pak.
    • Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
    • Rino : Terima kasih Pak
Kata yang digunakan sesuai lingkungan sosial
Contoh lain dari pada Undang-undang dasar antara lain :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perkeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa yang sangat baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Contoh lain dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar -menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini.
(1)   Berapakah Ibu mau menjual tauge ini?
(2)   Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
(3)   Berapa nih, Bu, tauge nya?
(4)   Ke Pasar Tanah Abang, Bang. Berapa?
Misalkan perbedaan dari bahasa indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa Indonesia
Bahasa Gaul (informal)

Aku, Saya
Gue
Kamu
Elo
Di masa depan
kapan-kapan
Apakah benar?
Emangnya bener?
Tidak
Gak
Tidak Peduli
Emang gue pikirin!
Dari contoh diatas perbedaan antara bahasa yang baku dan non baku  dapat terlihat dari pengucapan dan dari tata cara penulisannya. Bahasa indonesia baik dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami,  bentuk bahasa baku yang sah agar secara luas masyarakat indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa nasional. Dalam paradigma profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai informatif dalam jaring komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap tidaknya kita menulis. Pasalnya, selain harus bisa menerima, kita juga harus mampu memberi. Inilah efek jurnalisme yang kini sudah menyesaki hidup kita. Oleh karena itu, kita pun dituntut dalam hal tulis-menulis demi penyebaran informasi. Namun persoalannya, apakah kita peduli terhadap laras tulis bahasa kita. Sementara itu, yakinilah, tabiat dan tutur kata seseorang menunjukkan asal-usulnya, atau dalam penegasan lain, bahasa yang kacau mencerminkan kekacauan pola pikir pemakainya.[4]









BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Lansia
Orang yang berusia lanjut ada yang menyebut dengan istilah lansia (lanjut usia), manula (manusia usia lanjut), dan usila (usia lanjut). Tidak ada keseragaman dalam menetapkan standard usia lansia. Umumnya seseorang dianggap memasuki kelompok lanjut usia di Indonesia terjadi pada usia 55 tahun, saat seseorang memasuki masa pensiun. Sedangkan penduduk lansia dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.13Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa lanjut usia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih.
Bernice Neugarden mengelompokkan orang lanjut usia berdasarkan perbedaan usia yaitu: (1) lanjut usia muda yaitu orang yang berumur antara 55-57 tahun, (2) lanjut usia tua yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun. Levinson membagi lagi orang lanjut usia muda menjadi tiga kelompok yaitu: (1) orang lanjut usia peralihan awal (antara 50-55 tahun), (2) orang lanjut usia peralihan menengah (antara 55-60 tahun), (3) orang lanjut usia peralihan akhir (antara 60-65 tahun).[5]
Definisi orang lansia tidak dapat dititik beratkan kepada umur seseorang saja. Namun diperhatikan pula faktor kesehatan, psikologis, dan sosial.
2.      Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kalangan Lansia
Kebanyakan seorang lansia jarang yang dapat menggunakan bahasa Indonesia karena mereka sudah terbiasa dengan bahasa sehari-hari mereka yaitu bahasa jawa. Mereka sudah kental dengan bahasa jawa sehingga apabila menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa jawa. Dan kurang fasih dalam pengucapan bahasa Indonesia. Contoh penggunaan bahasa Indonesia di kalangan lansia :
·         Datang ke sawah babad papah salak.
Kalimat yang benar adalah pergi ke sawah menebang pelepah salak.
·         Kamu yang ngomong.
Seharusnya adalah kamu yang berbicara.
·         Kamu baru mengapa?
Yang benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah kamu baru apa?
·         Kemudian dalam mengeja kebanyakan lansia masih salah dan kurang benar. Misalnya dalam kata orang tua, mereka mengeja dengan menyebut orang tuwa.
3.      Faktor-Faktor yang Membuat Lansia Sulit Menggunakan Bahasa Indonesia
a)      Faktor Usia
Usia sanggat mempengaruhi dalam memahami bahasa Indonesia. Semakin tua usia seseorang lansia maka semakin berkurang minat untuk belajar. Usia yang semakin tua juga membuat lansia musdah lupa dalam mengingat tentang sesuatu yang telah dipelajarinnya dahulu.
b)      Faktor Pendidikan
Kebanyakan lansia di pedesaan hanya berpendidikan SD, bahkan ada yang tidak lulus SD. Mereka beralasan karena faktor ekonomi, di suruh bekerja sama orangtua dan lain-lain. Maka dengan kurangnya pengetahuan yang mereka miliki, menjadikan mereka sulit menggunakan bahasa Indonesia.
c)      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang berperan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Contoh: di Desa Nglebeng masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa jawa, dengan demikian para lansia juga sudah terbiasa menggunakan bahasa jawa sehingga sulit di ajak berbahasa Indonesia.
d)     Faktor Kesehatan
Proses menuju tua merupakan suatu keadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya akan menuju kematian. Daya tahan tubuh semakin berkurang sehingga pada lanjut usia lebih besar kemungkinan jatuh sakit. Penglihatan dan pendengaran semakin berkurang sehingga mereka tidak memiliki kesempatan buat belajar bahasa Indonesia di waktu tua.
e)      Faktor Kebiasaan
Faktor kebiasaan adalah faktor yang di pengaruhi oleh sering tidaknya orang itu melakukan suatu pekerjaan. Contoh : orang yang ada di pedesaan sudah terbiasa dengan bahasa jawa tetapi orang yang berada di kota terbiasa dengan bahasa Indonesia. Itulah yang menjadi sebab mengapa orang lansia sulit menggubakan bahasa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Lansia dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa lanjut usia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Definisi orang lansia tidak dapat dititik beratkan kepada umur seseorang saja. Namun diperhatikan pula faktor kesehatan, psikologis, dan sosial. Kebanyakan seorang lansia jarang yang dapat menggunakan bahasa Indonesia karena mereka sudah terbiasa dengan bahasa sehari-hari mereka yaitu bahasa jawa. Mereka sudah kental dengan bahasa jawa sehingga apabila menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa jawa. Dan kurang fasih dalam pengucapan bahasa Indonesia. Mereka dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor usia, faktor pendidikan, faktor lingkungan, faktor kesehatan dan faktor kebiasaan.

B.     Saran
Kita sebagai generasi muda seharusnya membimbing dan memberikan arahan kepada lansia tentang pentingnya menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian kita juga harus melatih lansia buat mengenal bahasa Indonesia. Baik itu berbicara bahasa Indonesia , menulis, mengeja dengan benar dan lain-lain. Dengan demikian, lansia dapat mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.









DAFTAR PUSTAKA

            Moeliono, Anton M, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.















[1] Moeliono Anton M, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), hlm.12.
[2] Moeliono Anton M, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), hlm.13.
[3] Moeliono Anton M, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), hlm.14.

No comments:

Post a Comment