BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua merupakan suatu
fase kehidupan yang dialami oleh manusia. Makin panjang usia seseorang, sejalan
dengan pertambahan usia tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik maupun
psikologis. Secara fisik orang lanjut usia yang selanjutnya disebut lansia,
mengalami kemunduran fungsi alat tubuh atau disebut juga dengan proses
degeneratif. Orang lansia akan terlihat dari kulit yang mulai keriput, berkurangnya
fungsi telinga dan mata, tidak dapat bergerak cepat lagi, cepat merasa lelah,
rambut menipis dan memutih, mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh
berkurang. Secara psikologis orang lansia menjadi mudah lupa, serta
berkurangnya kegiatan dan interaksi (baik dengan anak-anak, saudara atau
teman), mengalami rasa kesepian, kebosanan dan sebagainya.
Sebagai seorang lansia,tidak
jarang yang mengalami kesulitan dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam makalah ini, kita akan
mendapati bagaimana seorang lansia menggunakan bahasa Indonesia dan
faktor-faktor apa saja yang membuat lansia sulit menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
lansia?
2.
Bagaimana
penggunaan bahasa Indonesia dalam kalangan lansia?
3.
Apa faktor yang
membuat lansia sulit menggunakan bahasa Indonesia?
C. Manfaat
Penelitian
1.
Agar dapat
mengetahui pengertian lansia.
2.
Agar dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3.
Agar dapat
mengetahui faktor-faktor yang membuat sulit menggunakan bahasa Indonesia.
4.
Menambah
pengetahuan dan wawasan.
D. Landasan Teori
a.
Bahasa Baku
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa
dunia pendidikan, merupakan pokok yang sudah banyak ditelaah orang. Sejarah
umum perkembangan bahasa menunjukkan bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan
wibawa yang tinggi karena ragam itu juga dipakai oleh kaum yang berpendidikan
dan yang kemudian dapat menjadi pemuka di berbagai bidang kehidupan yang
penting. Pejabat pemerintah, hakim, pengacara, pewirasastrawan, pemimpin perusahaan,
wartawan, guru, generasi demi generasi terlatih dalam ragam sekolah itu. Ragam
itulah yang dijadikan tolak bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar.
Fungsinya sebagai tolak yang menghasilkan nama bahasa baku atau bahasa standar
baginya.[1]
Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan
dinamis, yang berupa kaidah atau aturan yang tetap. Baku atau standar tidak
dapat berubah setiap saat. Ragam baku yang baru dalam penulisan laporan,
karangan ilmiah, undangan, percakapan telepon, perlu dikembangkan lebih lanjut.
Cirri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendikiaannya. Perwujudan
dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. Proses pencendikiaan
bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini
umumnya masih bersumber pada bahasa asing. Proses pembakuan sampai taraf
tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau
penyeragaman variasi bahasa. Itulah ciri ketiga bahasa yang baku.[2]
Bahasa baku mendukung empat fungsi. Tiga di antaranya
bersifat pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif.
Masing-masing diberi nama (1) fungsi pemersatu (2) fungsi pemberi kekhasan (3)
fungsi pembawa kewibawaan (4) fungsi sebagai kerangka acuan.[3]
b.
Bahasa yang Baik
dan Benar
Berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.Berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait
dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu,
yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi
prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku.
Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan
oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih
kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi
resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalkan dalam pertanyaan
sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku Contoh :
- Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?
- Apa yang kamu lakukan tadi?
- Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
- Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
- Rino : sudah saya kerjakan pak.
- Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
- Rino : Terima kasih Pak
Kata yang digunakan sesuai
lingkungan sosial
Contoh lain dari pada
Undang-undang dasar antara lain :
Undang-undang dasar 1945
pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perkeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam
undang-undang tersebut menunjukkan bahasa yang sangat baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara
baik dan benar.
Contoh lain dalam tawar-menawar
di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan,
atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar -menawar dengan tukang
sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini.
(1) Berapakah Ibu
mau menjual tauge ini?
(2) Apakah Bang
Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh
bahasa Indonesia yang baku
dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan
situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat
(3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
(3) Berapa nih, Bu,
tauge nya?
(4) Ke Pasar Tanah
Abang, Bang. Berapa?
Misalkan perbedaan dari bahasa
indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Gaul (informal)
|
Aku, Saya
|
Gue
|
Kamu
|
Elo
|
Di masa depan
|
kapan-kapan
|
Apakah benar?
|
Emangnya bener?
|
Tidak
|
Gak
|
Tidak Peduli
|
Emang gue pikirin!
|
Dari contoh diatas perbedaan
antara bahasa yang baku dan non baku dapat terlihat dari pengucapan dan
dari tata cara penulisannya. Bahasa indonesia baik dan benar merupakan bahasa
yang mudah dipahami, bentuk bahasa baku yang sah agar secara luas
masyarakat indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa nasional. Dalam paradigma
profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai informatif dalam jaring
komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap tidaknya kita menulis.
Pasalnya, selain harus bisa menerima, kita juga harus mampu memberi. Inilah
efek jurnalisme yang kini sudah menyesaki hidup kita. Oleh karena itu, kita pun
dituntut dalam hal tulis-menulis demi penyebaran informasi. Namun persoalannya,
apakah kita peduli terhadap laras tulis bahasa kita. Sementara itu, yakinilah,
tabiat dan tutur kata seseorang menunjukkan asal-usulnya, atau dalam penegasan
lain, bahasa yang kacau mencerminkan kekacauan pola pikir pemakainya.[4]
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Lansia
Orang yang berusia lanjut ada yang menyebut dengan istilah lansia
(lanjut usia), manula (manusia usia lanjut), dan usila (usia lanjut). Tidak ada
keseragaman dalam menetapkan standard usia lansia. Umumnya seseorang dianggap
memasuki kelompok lanjut usia di Indonesia terjadi pada usia 55 tahun, saat
seseorang memasuki masa pensiun. Sedangkan penduduk lansia dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No.13Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa
lanjut usia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih.
Bernice Neugarden mengelompokkan orang lanjut usia berdasarkan
perbedaan usia yaitu: (1) lanjut usia muda yaitu orang yang berumur antara
55-57 tahun, (2) lanjut usia tua yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun.
Levinson membagi lagi orang lanjut usia muda menjadi tiga kelompok yaitu: (1)
orang lanjut usia peralihan awal (antara 50-55 tahun), (2) orang lanjut usia
peralihan menengah (antara 55-60 tahun), (3) orang lanjut usia peralihan akhir
(antara 60-65 tahun).[5]
Definisi orang lansia tidak dapat dititik beratkan kepada umur
seseorang saja. Namun diperhatikan pula faktor kesehatan, psikologis, dan
sosial.
2.
Penggunaan Bahasa Indonesia
dalam Kalangan Lansia
Kebanyakan seorang lansia jarang yang dapat menggunakan bahasa
Indonesia karena mereka sudah terbiasa dengan bahasa sehari-hari mereka yaitu
bahasa jawa. Mereka sudah kental dengan bahasa jawa sehingga apabila
menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa jawa. Dan kurang fasih
dalam pengucapan bahasa Indonesia. Contoh penggunaan bahasa Indonesia di
kalangan lansia :
·
Datang ke sawah babad papah
salak.
Kalimat yang
benar adalah pergi ke sawah menebang pelepah salak.
·
Kamu yang ngomong.
Seharusnya
adalah kamu yang berbicara.
·
Kamu baru mengapa?
Yang benar
dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah kamu baru apa?
·
Kemudian dalam mengeja
kebanyakan lansia masih salah dan kurang benar. Misalnya dalam kata orang tua,
mereka mengeja dengan menyebut orang tuwa.
3.
Faktor-Faktor yang Membuat
Lansia Sulit Menggunakan Bahasa Indonesia
a)
Faktor Usia
Usia sanggat
mempengaruhi dalam memahami bahasa Indonesia. Semakin tua usia seseorang lansia
maka semakin berkurang minat untuk belajar. Usia yang semakin tua juga membuat
lansia musdah lupa dalam mengingat tentang sesuatu yang telah dipelajarinnya
dahulu.
b)
Faktor Pendidikan
Kebanyakan
lansia di pedesaan hanya berpendidikan SD, bahkan ada yang tidak lulus SD.
Mereka beralasan karena faktor ekonomi, di suruh bekerja sama orangtua dan
lain-lain. Maka dengan kurangnya pengetahuan yang mereka miliki, menjadikan
mereka sulit menggunakan bahasa Indonesia.
c)
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan adalah faktor yang berperan dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Contoh: di Desa Nglebeng masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa jawa,
dengan demikian para lansia juga sudah terbiasa menggunakan bahasa jawa
sehingga sulit di ajak berbahasa Indonesia.
d) Faktor Kesehatan
Proses menuju
tua merupakan suatu keadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang
berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya akan menuju kematian. Daya
tahan tubuh semakin berkurang sehingga pada lanjut usia lebih besar kemungkinan
jatuh sakit. Penglihatan dan pendengaran semakin berkurang sehingga mereka
tidak memiliki kesempatan buat belajar bahasa Indonesia di waktu tua.
e)
Faktor Kebiasaan
Faktor
kebiasaan adalah faktor yang di pengaruhi oleh sering tidaknya orang itu
melakukan suatu pekerjaan. Contoh : orang yang ada di pedesaan sudah terbiasa
dengan bahasa jawa tetapi orang yang berada di kota terbiasa dengan bahasa
Indonesia. Itulah yang menjadi sebab mengapa orang lansia sulit menggubakan
bahasa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lansia dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa lanjut usia adalah laki-laki atau
perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Definisi orang lansia tidak dapat
dititik beratkan kepada umur seseorang saja. Namun diperhatikan pula faktor
kesehatan, psikologis, dan sosial. Kebanyakan seorang lansia jarang yang dapat
menggunakan bahasa Indonesia karena mereka sudah terbiasa dengan bahasa
sehari-hari mereka yaitu bahasa jawa. Mereka sudah kental dengan bahasa jawa
sehingga apabila menggunakan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa jawa. Dan
kurang fasih dalam pengucapan bahasa Indonesia. Mereka dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah faktor usia, faktor pendidikan, faktor
lingkungan, faktor kesehatan dan faktor kebiasaan.
B.
Saran
Kita sebagai generasi muda seharusnya membimbing dan memberikan
arahan kepada lansia tentang pentingnya menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian
kita juga harus melatih lansia buat mengenal bahasa Indonesia. Baik itu
berbicara bahasa Indonesia , menulis, mengeja dengan benar dan lain-lain.
Dengan demikian, lansia dapat mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Moeliono,
Anton M, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
http://vhi3y4.wordpress.com/contoh-menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar/dikutip pada tanggal 24 Desember
2013.
http://budhidharma.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=137 di kutip pada tanggal 24 Desember
2013.
[1] Moeliono Anton M, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), hlm.12.
[2] Moeliono Anton M, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), hlm.13.
[3] Moeliono Anton M, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), hlm.14.
[4] http://vhi3y4.wordpress.com/contoh-menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar/ dikutip pada tanggal 24 Desember
2013.
[5] http://budhidharma.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=137 di kutip pada tanggal 24 Desember
2013.
No comments:
Post a Comment